Friday, September 25, 2009

“Wisata Teroris” Temanggung !

Hi Blogger Kompasiana, gimana lebarannya ? oh ya, first of All, Aye mo ngucapin : “Taqobballahu minna wa minkum” Minal Aidin Wal Faizin kepada semua Kru en blogger kompasiana….
Sekarang Saya ingin cerita sedikit tentang pengalaman selama liburan lebaran kemarin. Seperti tahun-tahun sebelumnya, “ritual” mudik ke kampung halaman pun Saya lakukan tahun ini. Kali ini tujuan mudik adalah kota kecil berhawa sejuk yaitu Magelang (Tahun lalu juga Magelang si…hehe). Dengan modal bismillah dan perbekalan lainnya, saya dan keluarga “meluncur” kesana untuk sesaat melupakan hiruk pikuk dan kejamnya Ibukota (halah…). Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 jam (phuih…kalo normal hanya 12 jam) akhirnya sampailah kita di kota mungil nan damai tersebut.

Nah, yang mau saya ceritakan disini bukan “indah” nya kemacetan pantura ketika menuju kampung halaman atau mungkin keindahan kota Magelang (kota ini beneran Indah dan damai, mungkin next time saya akan tulis tentang kota ini) tetapi kebetulan sebelum memasuki kota Magelang anda akan melewati kota Temanggung (dari arah weleri…kalo orang jawa pasti tahu). Blogger pasti sudah mahfum dengan kota Temanggung ini karena belum lama ini, di televisi ada sebuah tayangan “reality show” terbaru yaitu penyergapan Densus 88 ke sebuah rumah di kota ini yang konon sempat disambangi pakcik Noordin (tetapi ternyata yang tewas adalah Ibrahim…). Nah, ketika melewati kota tersebut saya coba menerapkan pepatah “Sambil menyelam minum air” tetapi saya ubah sedikit menjadi “Sambil Mudik Berwisata Teroris” hehe…

LETAK RUMAH

Sebenarnya pak kusir..eh pak Supir yang membawa saya dan keluarga tidak mengetahui persis dimana letak rumah pak Muzahri (sang pemilik rumah yang disatroni Densus 88) tersebut tetapi bermodalkan bahasa jawa yang fasih kami bisa bertanya kepada penduduk kota Temanggung. Setelah tanya sana dan situ kami temukan bahwa rumah ini terletak di desa Beji, daerah Kedu. Pada awalnya saya dan keluarga mengira rumah ini terletak jauh dari jalan raya, sangat pelosok dan mungkin kondisi rumah masih berantakan. Ternyata setelah di sambangi rumah ini memang terletak di tengah area persawahan tetapi tidak terlalu jauh dari jalan raya dan kondisi rumah pun terlihat sudah di renovasi dengan cat berwarna hijau terang.

Sepertinya, pasca “reality show” penyergapan teroris berakhir, rumah ini sering dikunjungi masyarakat yang ingin tahu lebih dekat. Ini dapat terlihat dari banyaknya pemuda yang “berjaga” parkiran mobil dan bahkan tersedia sebuah kotak amal untuk para pengunjung.

KONDISI RUMAH

Dari sisi kondisi rumah, kondisi nya saat ini pun sudah sangat berubah jika dibandingkan pada saat kejadian. Jika di televisi saya melihat kondisi rumah yang sudah porak poranda dengan banyak lubang peluru, jendela dan pintu rumah yang hancur maka itu semua sudah tidak terlihat. Bagian dalam rumah sudah rapih dengan perabotan yang juga tertata rapi. Walaupun demikian di beberapa bagian tembok di tempelkan foto kondisi rumah yang “asli”. Di dalam rumah pun terdapat seorang “tour guide” yang menjelaskan secara detail mengenai kejadian dan letak dimana posisi jasad Ibrahim setelah di “berondong” oleh pasukan densus 88. Setelah mendengarkan penjelasan dari sang guide kami pun mencoba berfantasi dengan menjelajahi sisi luar rumah. Seperti penggambaran di televisi, pada sisi kiri rumah terdapat sebuah bukit kecil tempat dimana puluhan pasukan densus mengepung rumah selama berjam-jam. Di sisi belakang rumah, saya juga menemukan sebuah lemari yang penuh dengan lubang-lubang peluru.

“TEMPAT WISATA” DADAKAN

Terlepas dari kontroversi apakah rumah tersebut memang dihuni oleh teroris atau tidak, rumah tersebut telah berhasil merebut perhatian masyarakat umum dan menjadikannya “tempat wisata” dadakan atau bisa disebut alternatif, selain itu rumah itu bisa jadi menjadi mesin penggerak perekonomian masyarakat di sekitar rumah tersebut walaupun mungkin hanya sementara. Sebenarnya fenomena suatu tempat terjadi nya suatu tragedi (saya memilih menggunakan kata tragedi karena telah terjadi suatu peristiwa pelenyapan nyawa seorang manusia) menjadi suatu “tempat wisata” bukan hal pertama di Indonesia. Jika kita ingat peristiwa G30S PKI di mana terjadi pembantaian para Jenderal di Lubang Buaya maka tempat tersebut sampai saat ini masih menjadi suatu “tempat wisata” yang ramai dikunjungi masyarakat.

Akhirnya, Selamat Berlibur dan Selamat Berwisata kepada seluruh blogger!

Mohon maaf jika ada yang tidak berkenan…

No comments: