Friday, June 18, 2010

IB Goes to Masjid


Pada artikel sebelumnya, Penulis mengusulkan agar kelak ada sebuah standard system yang mengatur proses bisnis dan perilaku para syariah bankers di Indonesia sebagaimana ISO, OHSAS dll (lihat artikel disini). Nah sekarang, Penulis ingin kembali membagi ide mengenai suatu program yang dapat di lakukan oleh para IB’ers di seluruh Indonesia.

Program itu adalah “IB Goes To Masjid”, Yup mungkin suddenly you’ll think “hmm…what is this?”. Ok, Saya akan bahas detail dimulai dari latar belakang, jenis program dan benefit yang dapat diperoleh baik oleh perusahaan (IB organization) maupun oleh para stakeholdernya (Nasabah, karyawan, dan masyarakat sekitar).

LATAR BELAKANG

Actually this idea came to my head while I was in bathroom, well… I think that won’t be a problem. Sorry, back to the topic (and back to bahasa ). Berdasarkan pengalaman sholat Jum’at yang sudah menjadi kewajiban bagi lelaki Muslim dewasa, Penulis seringkali mendengar bahwa jumlah kas ataupun dana yang dikumpulkan Masjid (terutama Masjid-masjid besar) setiap pekannya cukup besar dan mayoritas dana tersebut hanya digunakan untuk biaya operasional Masjid yang tidak begitu besar. Alhasil, dana sisa (atau saldo) kas Masjid-masjid tersebut menjadi menggelembung. Dari beberapa Masjid yang pernah Saya sambangi ketika sholat Jum’at, rata-rata mereka (Masjid) memiliki saldo kas lebih dari 30 Juta rupiah. Bayangkan jika di Jakarta saja ada sekitar 1000 Masjid potensi dana yang dikelola berjumlah Rp. 30 Miliar Rupiah! Suatu angka yang cukup fantastis.

Kondisi saat ini adalah dana sebesar itu masih dikelola dengan system yang sederhana oleh para pengurus Masjid tanpa ada rencana alokasi yang jelas ditambah tidak jelas dana tersebut disimpan di Bank Konvensional atau Bank Syariah. Oleh karena itu, Penulis melihat ada sebuah peluang beramal soleh bagi IB yaitu menjadi sebuah lembaga pengelola dana kas Masjid. Penulis yakin dengan pengalaman IB, potensi dana yang besar tersebut dapat dikelola agar lebih bermanfaat.

OBJECTIVE

Tujuan dari ide ini sangat jelas, yaitu :

- Memberdayakan potensi dana ummat yang di amanahkan kepada Masjid-masjid dapat lebih bermanfaat

- Membagi ilmu pengelolaan dana yang baik dan benar sehingga masyarakat pun dapat merasakan kehadiran IB lebih “real”

- Menjadikan Masjid sebagai sentra ekonomi rakyat selain sebagai sentra spiritual

PROGRAM

Ada beberapa inovasi program yang dapat dilakukan oleh IB yaitu antara lain :

- Friday Pray Saving : yaitu suatu program yang dirancang agar para jama’ah sholat Jum’at Masjid dapat menabung setiap pekan. Program ini tentu saja tidak dilakukan pada saat sholat Jum’at karena akan mengganggu aktivitas ibadah tetapi dapat dilakukan setelah aktvitas sholat Jum’at selesai. IB dapat membuka semacam konter “Friday saving” di setiap Masjid atau dapat membuat semacam program tabungan jangka panjang dengan setoran per pekan yang terjangkau

- Masjid Investment Allocation : adalah suatu program yang merancang agar dana yang diamanahkan oleh para Jama’ah kepada Masjid dapat dialokasikan kepada produk-produk investasi syariah. Tentu saja hal ini harus dilakukan perjanjian kerjasama yang transparan antara IB dengan pengurus Masjid yang bersangkutan. Alokasi dana ini juga tidak boleh sampai ditanamkan kepada industri-industri ataupun produk-produk yang sangat beresiko atau bertentangan dengan prinsip syariah.

- IB Centre : Yaitu berupa semacam simple booth yang berfungsi sebagai pusat pembelajaran dan informasi ekonomi syariah beserta produk-produknya

BENEFIT

Penulis yakin dengan ide ini setidaknya ada beberapa manfaat yang dapat dirasakan baik oleh IB maupun oleh para stakeholder.

Benefit untuk IB :

- Branding

“IB goes to Masjid” tentu saja menjadi suatu media yang sangat tepat untuk membangun Brand IB di masyarakat.

- Management Fee

Dengan konsep ini tentu saja ada “fee” yang di bayarkan oleh Masjid kepada IB sebagai “imbalan” jasa atas pengelolaan dana yang lebih bermanfaat

- Transfer dana

Konsep ini memungkinkan untuk pengalihan dana-dana yang sebelumnya di simpan ataupun dikelola oleh Bank Konvensional dapat dialihkan kepada IB yang tentunya menggunakan prinsip-prinsip syariah

Benefit untuk Stake Holder :

- Masyarakat sekitar Masjid dapat lebih merasakan “eksistensi” IB yang mungkin selama ini sulit diakses oleh mereka

- Dana Masjid dapat dikelola dengan lebih professional dan bertanggung jawab sehingga dana yang besar tidak hanya ”mengendap” di rekening bank

- Masyarakat dapat memahami lebih dalam konsep – konsep perbankan syariah dengan adanya IB Centre di Masjid-masjid

- Masjid dapat berfungsi secara ”real” sebagai sentra ekonomi. Hal ini sebagaimana fungsi Masjid pada masa Rasulullah yaitu sebagai pusat segala aktifitas masyarakat.

Demikianlah ide yang dapat penulis sharing dan semoga ide ini dapat diimplementasikan dan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.

Tuesday, June 1, 2010

Muhammad Gozy Basayev, penghafal Al-Qur’an cilik dari Makassar


Al-Qur’an senantiasa di jaga keasliannya

Setiap Muslim pastilah menyakini bahwa Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT dan keasliannya sampai sekarang masih terjaga. Dalam Al-Qur’an sendiri Allah SWT dengan jelas memberikan informasi kepada seluruh ummat manusia bahwa Dia lah yang menurunkan Al-Qur’an dan senantiasa menjaganya.

“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Az-Zikra (Al-Qur’an) dan Kami juga yang menjaganya” (QS Al Hijr 15: 9)

Salah satu cara Allah SWT menjaga keaslian Al-Qur’an adalah dengan memberikan kemampuan kepada sebagian kecil ummat manusia untuk dapat menghafal isi Al-Qur’an diluar kepala. Sejarah telah menunjukkan bahwa setiap zaman mulai dari zaman para Nabi, Sahabat, Tabiit tabiin, salafush shalih hingga saat ini akan selalu ada manusia-manusia yang hafal dan paham Al-Qur’an.

Para Penghafal Al-Qur’an sepanjang zaman

Sudah tidak pelu diragukan lagi bahwa zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabat merupakan era keemasan kaum muslimin dimana Nabi dan para sahabat nya sangat akrab dengan Al-Qur’an dan tentu saja mereka adalah para penghafal Al-Qur’an.

Nabi Muhammad SAW sendiri pada dasarnya tidak memiliki kemampuan membaca dan menulis tetapi beliau sendiri diberi kemudahan oleh Allah SWT dalam menghafal ayat-ayat yang diturunkan kepadanya. Pada saat pertama kali Al-Qur’an diturunkan di gua Hira, malaikat Jibril memerintahkan Nabi untuk membaca wahyu pertama (surat Iqra) tetapi Nabi mengatakan “Saya tidak bisa” hingga malaikat Jibril mengulangi tiga kali dan Nabi menjawab dengan ucapan yang sama. Pada akhirnya, Jibril pun membacakan wahyu tersebut dan Nabi mengikutinya. Setelah peristiwa di gua Hira tersebut, satu persatu ayat Al-Qur’an diturunkan dan Nabi sendiri menghafalnya. Bahkan dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW senantiasa mengulangi hafalannya secara intensif di bulan Ramadhan dengan Malaikat Jibril sebagai “pembimbing”nya.

Para Sahabat Nabi seperti Abu Bakar, Umar Ibn Khattab, Ali bin Abi Thalib dan Utsman bin Affan pun terkenal sebagai para penghafal Al-Qur’an. Setelah era para sahabat kita mengenal sosok Imam Syafi’i yang sudah hafal keseluruhan Al-Qur’an sejak umur 9 tahun.

Memasuki abad ke-19, walaupun dunia sudah semakin rusak dan ummat Islam semakin terpuruk, kita masih tetap dapat menemui nama-nama para ulama maupun pejuang Islam yang hafal dengan Al-Qur’an seperti Imam Hassan Al-Banna, Sayyid Qutb hingga panglima perang Chechnya Shamil Basayev.

Bocah Penghafal Al-Qur’an dari Iran

Belum lama ini kita mendengar dan membaca bahwa di Iran terdapat seorang bocah bernama Hussein Tabataba’I yang hafal dan paham Al-Qur’an sehingga pada usia 7 tahun dia di berikan gelar Doktor Honoris Causa dari Hijaz College Islami di Inggris.

Ketika penulis membaca buku-buku referensi yang menceritakan “success story” dari bocah Iran ini diam – diam dalam hati kagum dan bertanya-tanya “Apakah mungkin ada anak Indonesia yang mempunyai kemampuan serupa?” Jika ada, mungkin ini bisa menjadi keberkahan tersendiri buat bangsa ini yang sedang dilanda krisis moral luar biasa.

Ternyata jawaban dari pertanyaan tersebut ada! Siapakah dia? Mari kita ikuti pembahasannya dibawah ini.

Bocah Penghafal Al-Qur’an dari Makassar

Muhammad Gozy Basayev nama lengkapnya. Lahir 24 Juni 2000, Gozy - biasa dia dipanggil - adalah putra pertama pasangan M.Natsir dan Erika yang bertempat tinggal di Makassar Sulawesi Selatan. Sejak usia 6 tahun, Gozy telah memulai untuk menghafal Al-Qur'an dan dalam waktu 2 tahun dia berhasil menghafal seluruh Al-Qur’an diluar kepala.

Inspirasi dari Shamil Basayev

Ketika Gozy lahir saat itu sedang terjadi perang antara mujahidin Chechnya melawan pasukan Rusia. Salah seorang komandan perang Chechnya yang terkenal ketika itu adalah Shamil Basayev. Dia adalah seorang Mujahid yang gagah berani dan juga seorang yang hafidz Al-Qur’an. Ayah Gozy sangat terinspirasi dengan profile beliau sehingga memberikan nama anaknya Muhammad Gozy Basayev yang berarti Muhammad – diambil dari Nabi Muhammad, Gozy yang berarti pejuang dan merupakan syuhada Kaukasus pada abad perengahan sedangkan Basayev merupakan nama belakang Shamil Basayev.

Lahir dari Keluarga biasa dan hampir dimasukkan ke sekolah Nasrani

Pada umumnya, seorang penghafal Al-Qur’an lahir dari keluarga yang sangat dalam ilmu keislamannya. Gozy kecil lahir bukan berasal dari keluarga Ustadz ataupun kyai tetapi datang dari seorang ayah yang hanya seorang karyawan di sebuah perusahaan musik dan Ibu rumah tangga. Kemampuan membaca Al-Qur’an kedua orangtuanya pun biasa-biasa saja. Tetapi walaupun demikian kedua orang tuanya memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap anaknya yaitu menjadi penghafal Al-Qur’an.

Berdasarkan referensi yang penulis dapatkan langsung dari ayahnya, Gozy kecil pada awalnya akan dimasukkan ke sekolah Nasrani dengan alasan gengsi dan kualitas sekolah yang lebih baik, tetapi Allah SWT ternyata merencakan lain dan mentakdirkan Gozy untuk masuk kedalam Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) di kota Makassar.

Sebenarnya kemampuan luar biasa Gozy dalam menghafal Al-Qur’an pertama kali ditemukan bukan oleh kedua orangtuanya tetapi oleh guru privatenya Dra Almira W yang biasa di panggil oleh Gozy sebagai Kak Mira.

Motivasi mengangkat derajat orang tua dan kesabaran menghadapi ujian

Motivasi utama Gozy untuk bisa menjadi seorang yang hafal Al-Qur’an adalah untuk mengangkat derajat orangtuanya di mata Allah SWT karena dia takut orangtuanya tidak bisa masuk syurga kelak. Dia pernah mengatakan kepada ayahnya bahwa dia ingin hafal Al-Qur’an sebelum 1430 H atau 2008 ini karena takut kedua orangtuanya meninggal terlebih dahulu.

Karena motivasi yang sangat besar dari Gozy dan sejak awal ayah dan Ibu Gozy menginginkan anaknya untuk menjadi penghafal Al-Qur’an maka selain bersekolah di SDIT dia pun dimasukkan juga ke sekolah para penghafal Al-Qur’an pimpinan Ust. Syam Amir. Gozy kecil sempat ditolak dengan alasan usia yang masih sangat muda yaitu 6 tahun dimana rata-rata murid yang lain berumur 10 tahun. Tetapi karena melihat semangat yang sangat besar dari Gozy maka dia diperbolehkan masuk dari sehabis sholat Maghrib sampai Isya. Sebelum masuk ke dalam tahap menghafal Al-Qur’an, Gozy harus melalui tahap perbaikan bacaan (tahsin) terlebih dahulu

Ketika pertama kali bergabung dengan sekolah ini Gozy sempat kaget karena rata-rata teman-temannya disekolah tersebut telah hafal lebih dari 1 Juz sedangkan dirinya pada saat itu baru hafal Juz 30. Selain itu Gozy juga di “vonis” mempunyai masalah pernafasan yaitu nafasnya pendek sehingga beberapa kali gagal dalam tes menjadi penghafal Al-Qur’an. Tetapi saat itu Gozy dengan sabar terus berusaha dan melatih kemampuannya di rumah bersama kedua orangtuanya. Akhirnya setelah itu, Gozy pun dapat diterima sebagai penghafal Al-Qur’an dan bertambah semangat.

Untuk mengatasi masalah pernafasannya Orang tua Gozy melatihnya dengan rutin mengajak dia berenang.

Mendengar, Berlatih dan Bimbingan Intensif

Salah satu metode yang dipakai oleh Gozy dan kedua oangtuanya adalah dengan memperdengarkan bacaan Al-Qur’an melalui kaset-kaset Murattal dan dengan intensif berlatih dirumah dengan mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an. Selain itu Gozy juga dilatih secara intensif oleh guru-guru yang sangat kompeten seperti Ust. Nashruddin, Nasruddin, Zaenal, Rahmat, Akbar, Khadiq dan Dzulfikar yang merupakan asisten dari Ust. Syam Amir (beliau pernah menjuarai lomba hafalan Al-Qur’an internasional di Mesir)

Menjaga Makanan dan Perilaku

Berdasarkan pengakuan dari sang ayah, selain rajin berlatih salah satu kunci kesuksesan untuk mudah menghafal Al-Qur’an adalah dengan menjaga agar jangan sampai ada makanan tidak halal yang dikonsumsi oleh Gozy. Oleh karena itu Ibunya memesankan catering dari sekolahnya untuk memastikan sumbernya. Selain itu kedua orangtuanya juga berusaha sekuat tenaga untuk memberikan teladan yang baik kepada Gozy dalam hal perilaku.

Khatam Menghafal pada saat ulang tahun sang ayah

Gozy berhasil menyelesaikan hafalan Al-Qur’an nya tepat pada tanggal 30 Juli 2008 atau tepat pada ulang tahun ayahnya. Dia memang berniat menyenangkan ayahnya sehingga dia pun rela untuk menambah hafalannya hingga 1 Juz per hari.

Sampai saat ini Gozy masih secara rutin mengulang-ulang hafalan Al-Qur’an nya untuk menjaga agar tidak hilang dan semakin lancar.

Sayang Adik, berprestasi di sekolah dan mahir bermain piano

Selain hafal Al-Qur’an Gozy juga terkenal berprestasi dalam bidang akademis dengan menjadi juara pertama di sekolahnya. Tidak hanya itu, Gozy juga mahir dalam bermain piano klasik karena sejak kecil sudah berinteraksi dengan musik. Tetapi walaupun Gozy memiliki beberapa keistimewaan dia tetap seperti seorang anak kecil yang masih senang bermain sepakbola, menonton film kartun dan juga bermain games di MP5. Dia juga sangat sayang terhadap adiknya Muhammad Haitsam Sidqi.

Berhasil mendaki Gunung Bawakaraeng

Sebagai seorang penghafal Al-Qur’an Gozy banyak dianugerahi kemudahan oleh Allah SWT yang salah satunya adalah kekuatan fisik. Hal ini dibuktikannya ketika ayahnya mengajak Gozy untuk mendaki gunung Bawakaraeng di Makassar.

Perlu diketahui bahwa gunung ini terletak 2871 M diatas permukaan laut dan merupakan satu dari puluhan puncak gunung tertinggi di Sulawesi Selatan. Untuk mencapai puncak gunung ini dibutuhkan waktu 6-8 jam. Walaupun gunung ini cukup tinggi dan membutuhkan waktu perjalanan yang panjang Gozy dengan mudah berhasil menaklukkannya. Bahkan oleh beberapa pendaki Gozy di sebut sebagai pendaki termuda yang berhasil sampai ke puncak Bawakaraeng.


Motivasi untuk keluarga Muslim

Tujuan penulis mengangkat kisah tentang Gozy adalah sebagai sebuah hikmah dan motivas buat seluruh keluarga Muslim di Indoensia bahwa kita harus bertekad untuk mengenalkan Al-Qur’an sejak dini kepada seluruh anggota keluarga dan berusaha untuk mencetak anak-anak yang hafal dengan Al-Qur’an.

Kisah Gozy diatas membuktikan bahwa untuk memiliki seorang anak yang mampu hafidz (nama untuk orang yang hafal Al-Qur’an) tidak harus menjadi kyai atau ustadz terlebih dahulu tetapi cukup dengan mempunyai mimpi, niat dan bersungguh-sungguh merealisasikannya.

Penulis yakin bahwa ketika kita memiliki anak yang akrab dan bahkan hafal Al-Qur’an maka akan banyak keberkahan dan kemudahan yang diperoleh oleh kedua orang tuanya baik di dunia maupun akhirat

Wallahu alam bis shawab

Note : Artikel ini merupakan repost artikel yang Saya tulis pada November 2008 di myrepublika.com

Friday, May 28, 2010

Sharia Management Standard (SMS 3102 : 2010)


As impact of global business competition that getting tougher everyday, enterprises or companies around the world are racing to be as perfect as possible in terms of quality and service so that they can win the customer’s heart and grow their business. This condition has leaded them to gain international standard in business process and environmental aspect.

Currently, we have notified some certification products that normally a company “must” have. Let’s mention some of them: ISO 9001:2008 for quality management system, ISO 14001:2004 and OHSAS 18001:2007 for environmental matters. Those standards basically requisite a company to continually establish, maintain and control their business process which at the end they can fulfill customer’s demand. Based on my experience as a professional in various industries and multinational companies, these kinds of standards have been implemented very well even tough “the cost” is not cheap. It is not only related with some money a company must spend to bring in the standards but also much energy, time and effort to keep the business process running as required.

In Sharia Banking business (or in Bahasa recently known as “IB”), I think there are no such kind of global standards which can be a reference to all Sharia bankers around the world. That’s why I am writing this article as a hope or expectation for every Sharia bankers in Indonesia to be pioneer in developing global standards which concern mainly in Sharia aspects. Some of you probably raise some questions “Why must Sharia industry develop new standards?” or “Why don’t Sharia industry use ISO?”. Yes, having an ISO or any kind of common global standards is important however Sharia business is very different with any other business. In this business, moral and business ethics are the main soul so that it needs global standards which can guide every stakeholder to have standard point of view.

I am proposing to develop a Sharia Management Standard (SMS 3102:2010), this kind of standard will mainly concern and guide in Sharia aspect like how to behave and manage attitude of all persons involved. Like other standards which rooted on PDCA (Plan, Do, Check and Act) concept, SMS will also have similar process. If in ISO, we are familiar with quality and environment policy then in SMS a company has to establish a Sharia policy which will be implemented. This policy will be reviewed periodically and continually improved. Furthermore, if in ISO we recognize various versions like ISO 9001, ISO 14001 while in SMS, I prefer to mention this rule as SMS 3102 which SMS is abbreviation from Sharia Management Standards and 3102 is refer to Al-Qur’an surah Ali-Imran verse 102.

يٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُونَ

O ye who believe! Fear God as He should be feared, and die not except in a state of Islam”

(Al-Qur’an : 102, source : www.altafsir.com)

Above verse is really relevant to urge everyone who declares their involvement in Sharia business to live up Sharia values in their personality and day-to-day activities because it is advising all believer to be fear of God as much as possible. For sure fear of God is not only applicable whenever we are in praying room but fear of God should be implemented also in any place including market and office.

With this standard, we can bear our hope to have better picture of Sharia business in forthcoming years. Wallahu alam.

Tags: IB, OHSAS, ISO, Sharia, SMS

Saturday, April 17, 2010

Perbanyak ML: Kunci Sukses iB mempertahankan sustainability


Beberapa tahun terakhir istilah Sustainability semakin popular di kalangan para executive bisnis. Seiring dengan persaingan bisnis yang semakin keras dan perkembangan informasi yang sangat cepat, Sustainability seakan menjadi “magic word” bagi para executive pengambil keputusan dalam setiap perusahaan untuk dapat mempertahankan “kapal” bisnis mereka agar tidak karam.

Bank Syariah (atau lebih dikenal dengan iB) sebagai “Baby Boomer” dari industri perbankan saat ini pun tidak terlepas dari demam “S” ini. Sebenarnya apa sih arti dari Sustainability itu sendiri. Berikut adalah beberapa definisi yang penulis dapatkan dari beberapa referensi :

“Sustainability is the capacity to endure” (Wikipedia)

“Sustainability has been defined as the capacity to withstand, endure, nurture and prolong over time. An ability to continue that should not be confused with simply surviving, but rather maintaining the vitality and strength to build on, enhance and thrive” (Alan Sheppard, IMS Health)

Kedua definisi tersebut pada intinya menekankan pada hal yang sama yaitu kemampuan untuk bertahan suatu organisme ataupun suatu organisasi dalam suatu rentang waktu yang panjang. Yang menarik adalah Alan Sheppard dalam jurnal IMS health menyatakan bahwa kemampuan ini seharusnya tidak hanya diartikan oleh kemampuan untuk bertahan hidup (Simply Surviving) tetapi lebih kepada kemampuan suatu organisasi dalam memelihara vitalitas dan kekuatan yang dimilikinya untuk terus bertumbuh. Ada suatu pernyataan menarik dari Jakob Oetama ketika beliau berbagi ilmu kepada para Kompasioners dalam forum “Kompasiana Modis” bulan lalu, beliau sering bertanya pada dirinya “sampai kapan Kompas Group memiliki hak hidup dalam bisnis media?” . Jika di tarik benang merah antara pernyataan Alan Sheppard dengan Jakob Oetama maka kesimpulannya adalah untuk dapat tetap memiliki hak hidup yang panjang dalam dunia bisnis maka suatu organisasi mutlak harus dapat mempertahankan vitalitas dan kekuatannya tersebut.

Strategy setiap organisasi dalam rangka terus memperpanjang hak hidup mereka tentunya berbeda-beda. iB sebagai suatu organisasi yang unik – Penulis sebut unik karena produk dan proses bisnis yang dimiliki oleh iB sangat berbeda dengan industri lain – dan notabene membawa jargon “Syariah” haruslah membuat strategi yang “iB banget” – seperti istilah ABG saat ini –.

Menurut penulis, strategy untuk tetap sustain suatu organisasi sebaiknya memperbanyak ML. Nah loh? Tenang, ML yang ini dijamin halal dan tidak porno. ML itu terdiri dari :

(1). Make Less liquidity and give more credit to poor people. Fungsi utama bank sebagai financial intermediary saat ini sedang terkikis habis dan sudah waktunya iB tampil sebagai solusi dengan cara mengurangi asset-asset likuid dan memperbanyak penyaluran kredit terutama kepada orang-orang miskin. Pekan lalu, di Metro TV, penulis menyaksikan acara from Zero to Hero yang menampilkan sosok seorang wanita muda yang bersama dengan suaminya meluangkan waktu, dana dan tenaganya demi memberikan ”cahaya” penerangan kepada para penduduk desa miskin. Salah satu pernyataan beliau yang sangat penulis ingat adalah : “Ayah Saya selalu bilang bahwa doa orang-orang miskin sangat didengar oleh ALLAH..”. iB sebagai suatu organisasi yang membawa embel-embel “syariah” dalam kesehariannya sudah sepatutnya menaruh perhatian kepada orang-orang miskin di desa-desa sehingga kelak doa-doa mereka di dengar ALLAH dan keberkahan turun kepada iB.

(2) Make a Learning, harus ada suatu program berkelanjutan yang melakukan edukasi baik pada nasabah, non-nasabah dan tentunya kepada karyawan iB sendiri. Dalam Islam, tradisi belajar merupakan suatu tradisi yang sudah dimulai sejak 14 abad lalu di canangkan oleh ALLAH Swt. Oleh karena itu sudah saatnya iB memikirkan cara-cara innvoatif dan kreatif untuk terus mengedukasi para stake holdernya

(3) Make Life easier, suatu ketika boss penulis di kantor seorang expatriate asal Polandia berkata : “My aim here is to make other people life easier”. Nah, iB sebagai organisasi syariah sudah sewajarnya memikirkan bagaimana cara untuk membuat hidup para nasabahnya menjadi lebih mudah. Mungkin dengan cara menawarkan produk-produk dengan bahasa yang lebih “down to earth” atau dengan menambah co-creation dengan bank syariah lain dalam hal penyediaan fasilitas-fasilitas seperti ATM, dsb

(4) Make it Loud, nah yang satu ini juga tidak kalah penting, karena saat ini masyarakat sudah cenderung terikat dengan media jadi sudah saatnya iB memberikan porsi yang lebih besar untuk “menyuarakan” aktivitas-aktivitasnya. Dalam ilmu marketing, teknik make it loud ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yang sedang popular adalah dengan menggunakan metode “viral marketing” atau “getok tular”. Belum lama ini, suatu produk obat sakit kepala menggunakan teknik ini dengan cara menciptakan “tokoh” imaginasi yang disebarluaskan via dunia maya. Teknik ini cukup booming di situs “youtube” dan sempat menjadi pembahasan hangat di kompas.com dan yahoo.

(5) Melek Larut, berbeda dengan keempat ML lainnya, kali ini lebih kepada “spiritual” effort. Penulis percaya bahwa setelah semua aktifitas “raga” dilakukan maka sudah waktunya Kita memohon kepada yang Maha memberi untuk diberi kemudahan dan keberkahan. Para executive iB sudah selayaknya menjadi “living example” bagi para semua staff dalam hal “spiritual effort” ini. Mungkin bisa dijadwalkan kan secara rutin setiap bulan atau setiap dua bulan dilakukan sholat malam berjamaah bagi para staff.

Penulis yakin dengan strategy 5 ML ini iB bisa menjadi sangat unik, ulet dan mampu untuk mempertahankan vitalitas dan kekuatannya walaupun badai besar menerpa.

Artikel ini dapat dilihat di :

http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2010/04/18/perbanyak-ml-kunci-sukses-ib-mempertahankan-sustainability/