Tuesday, September 1, 2009

IB : From Dreaming to Inspiring

Mimpi adalah kunci..

Untuk kita menaklukan dunia…

Berlarilah tanpa lelah...

Sampai Engkau meraihnya...

(Nidji)

Tentu kita masih ingat senandung syair dari grup musik Nidji diatas. Beberapa bulan yang lalu, sound track dari film ”Laskar Pelangi” ini hampir setiap hari tampil menghiasi acara-acara di stasiun televisi kita. Tema lagu ini sepertinya memang sesuai dengan tema film laskar pelangi yang mengisahkan tentang kehidupan sekumpulan bocah dari pulau belitung yang berusaha untuk keluar dari realita kemiskinan yang mereka hadapi dan mencoba meraih cita-cita setinggi langit.

Apabila kita coba refleksikan lirik dari lagu tersebut dengan dunia perbankan syariah di tanah air, maka bisa jadi lagu tersebut memiliki arti yang sangat dalam. Mengapa ? Ya, karena jika kita kilas balik perkembangan perbankan syariah dapat di katakan bahwa para ”founding father” memulai industri ini hanya bermodalkan mimpi.

Bermula pada tahun 1991 di saat kebanyakan masyarakat Indonesia masih terbuai dengan hegemoni bank konvensional, Majelis Ulama Indonesia (MUI) beserta Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) mendirikan Bank Syariah pertama di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia. Pada saat itu saya yakin motivasi terbesar mereka (para founding fathers) hanya mimpi indah akan kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih sejahtera dan berdasarkan tuntunan agama. Di tengah ejekan dan cemoohan orang banyak mengenai Bank syariah yang mereka dirikan mereka terus berlari tanpa lelah demi mengejar mimpi – mimpi indah akan masa depan. Saya masih ingat salah satu ejekan yang di lontarkan oleh seorang akademisi terkenal tentang Bank Syariah : ”Hanya Malaikat yang bisa menjalankan sistem seperti itu..”. Tetapi, sekali lagi para pejuang Bank Syariah tidak pernah berhenti untuk berlari, berlari dan berlari.

Hari ini, atas izin Allah kerja keras para founding fathers perbankan syariah dapat kita rasakan. Pertumbuhan volume usaha perbankan syariah di Indonesia dalam lima tahun terakhir mencapai 60% per tahun dan pada tahun 2005 perbankan syariah di Indonesia telah berhasil membukukan keuntungan sebesar Rp. 238.6 Miliar, meningkat 47% dibanding tahun sebelumnya (Wikipedia). Tentu saja dengan pencapaian ini kita bisa berbangga dan dapat di katakan bahwa perbankan syariah saat ini telah bertransformasi dari tahap DREAMING dimana konsep perbankan syariah masih berbahan bakar utama semangat dan cita – cita menuju arah INSPIRING. Saya berani mengatakan bahwa perbankan syariah di Indonesia sudah mulai masuk ke dalam tahap INSPIRING karena entah sudah berapa banyak masyarakat yang mendapatkan inspirasi dan manfaat dari keberadaan Bank Syariah. Keberhasilan yang telah diraih oleh perbankan syariah saat ini di harapkan juga memberikan suatu inspirasi kepada ekonomi riil negara kita sehingga ke depan industri – industri lain dapat tumbuh dan berkembang bak bunga di taman firdaus. Bahkan penggunaan istilah IB sebagai pengganti Bank Syariah juga bertujuan untuk menyebarkan lebih banyak inspirasi kepada masyarakat. Penulis lebih menyukai IB sebagai singkatan dari Inspiring Banking.

Yah, tentu saja di antara kesuksesan yang sudah diraih oleh IB (perbankan syariah) pasti masih banyak ditemukan kekurangan tetapi saya yakin hal ini akan menjadi suatu learning process yang tidak akan pernah berhenti. Penulis berharap bahwa para praktisi perbankan syariah tidak terlena dan puas dengan hasil yang telah ada tetapi terus berlari, berlari dan berlari. Akhirnya, untuk memotivasi para praktisi, pengguna maupun simpatisan IB, penulis mencoba mengutip syair dari Imam Syafii :

Aku melihat Air menjadi rusak karena diam dan tertahan

Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak kan keruh menggenang

Singa jika tidak tanggalkan sarang tak akan dapat mangsa

Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran

Jika Matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam

Tentu Manusia bosan padanya dan enggan memandang

Selamat Berlari IB ku...Berlarilah tanpa lelah...sampai engkau menaklukan dunia!

No comments: