Saturday, April 17, 2010

ML pertamaku begitu menggoda….


Tak Terlupakan !

Itulah kata yang tepat menggambarkan pengalaman ML pertamaku…

Hari itu, 13 Juni 2005 adalah hari pertama aku mendapatkan nikmat ML alias Making Life alias bekerja. Setelah menghabiskan usia di sekolah selama hampir 17 tahun (mulai SD sampai kuliah) plus beberapa bulan melamar ke banyak sekali perusahaan akhirnya Allah memberikan Aku kesempatan untuk merasakan nikmatnya ML pertama di sebuah perusahaan asuransi.

Kantor pertamaku ini terletak di daerah Tanah Abang dekat sekali dengan gdeung BI yang megah itu. Tittle ku pada saat itu cukup ”menjual” yaitu MT (Management Trainee). Apa tugasku (atau bahasa kerennya Job Desc) disana? Dua minggu pertama pekerjaan utamaku adalah belajar...what? again? Belajar lagi ? pikirku dalam hati. Tapi itu bukan masalah buatku karena Aku pun senang mempelajari hal-hal baru dan Asuransi merupakan ”mainan” baru yang cukup menarik. Oh ya, sebelum Aku menceritakan hari-hari ML pertamaku lebih baik Aku ceritakan proses perekrutan untuk menjadi MT-ini. Proses nya cukup panjang sampai kira 4-5 kali Aku harus bolak-balik ke kantor tersebut sebelum akhirnya dinyatakan positif boleh ML.

Proses pertama adalah standard perekrutan yaitu tes psikologi. Sebenarnya tes psikologi ini agak luar biasa karena soal-soalnya tidak sama dengan perusahaan-perusahaan lain (ketika mengikuti psikotest ini Aku sudah cukup kenyang ”mencicipi” beberapa psikotest di beberapa tempat lain). Soalnya dalam bahasa Inggris dan hampir semua peserta menyatakan sulit. Aku sendiri pada saat itu sudah pasrah dengan hasilnya karena merasa tidak cukup baik ketika mengerjakannya. Dua pekan setelah itu, kembali handphone berdering dan mengabarkan bahwa Saya lolos dalam selanjutnya yaitu interview dengan HRD. Setelah proses itu, beberapa hari kemudian Aku kembali mendapat ”titik cahaya” ketika diundang kembali untuk diskusi panel yang dihadiri oleh semua direksi termasuk seorang expatriate dari Singapura. Pertanyaan pertama yang diajukan dalam diskusi itu adalah berasal dari expatriate tadi, dengan ”Singlish” nya yang kental dia bertanya kepada seluruh peserta (kira-kira ada 15 peserta) : ”In Strait Times today...currently there is a dispute between China and Taiwan..can you give your opinion whether it will affect the global?”

Dang! “What? Strait Times? China Vs Taiwan dispute? What kind of animal of those things?” pikiranku segera berkecamuk. Tidak hanya Aku yang ter”bius” dengan pertanyaan itu hampir semua peserta juga dan segera keheningan mewarnai seisi kelas. Si Expat segera mengerti dan dia dengan sigap mengulangi pertanyaan yang sama. Akhirnya Aku memberanikan diri untuk berbicara...dengan modal nekat dan kemampuan bahasa Inggris yang standard Aku menjawab :

“I believe China and Taiwan dispute only temporary case and will not affect any global because it will solve shortly”

Setelah itu semua peserta mulai berani “speak up” dengan modal yang sama yaitu “Bondo Nekaaaat!”. Diskusi pun berjalan lancar selama satu hari full dan setelah ini akan ada proses offering bagi yang lolos.

Tiga hari setelah itu, kembali HP ku membawa kabar gembira, Aku di undang untuk offering. Pasti penasaran dengan gaji yang ditawarkan ya? Pastinya! Gaji yang di offer tidak terlalu besar pada saat itu (kalo saat ini mungkin bisa dianggap kecil) yaitu sekitar 2juta something…yah, untuk ukuran fresh grad dengan nol tanggungan Aku sangat bersyukur bisa memperoleh kesempatan langka yaitu ML.

Nah, pada saat kerja pertama, aktivitas pertama adalah membuat foto “ID” dan dilanjutkan masuk ke dalam kelas seperti mengulang masa-masa kuliah. Selama dua pecan penuh Aku dan tujuh orang teman di gembleng dan dipaksa untuk dapat memahami konsep-konsep asuransi dengan para pengajar adalah manajer-manajer senior disana. Selama proses belajar di kelas, Aku selalu berusaha untuk aktif baik bertanya maupun memberikan pendapat sehingga tidak heran semua pengajar mengenalku dengan baik. Setelah dua pecan terlewati, ada proses “preliminary exam” yaitu ujian tertulis yang akan menentukan apakah lulus “probation” atau tidak. Alhamdulillah Aku berhasil melalui ujian tersbut dengan nilai terbaik.

Proses kelas sudah berakhir dan kini saatnya untuk “on-job training” disini setiap trainee akan di rolling disemua departemen yang ada mulai dari Marketing (ada beberapa bisnis) , underwriting dan claim. Pada tahap ini Kita digembleng untuk mengerti proses bisnis secara riil dengan konsep “learning by doing”.

Begitulah pengalaman ML pertamaku yang begitu menggoda dan tak terlupakan…saat ini lima tahun berlalu Aku sudah tidak ML di perusahaan asuransi tersebut dan memilih untuk ML di perusahaan MNC…however, it was really great and unforgettable experience…

Salam SMILE (Start your MakIng life Learning Earlier)!

Check this article at : http://sosbud.kompasiana.com/2010/04/18/ml-pertamaku-begitu-menggoda…/

Mati ketika ML = Mati Syahid?



Sudah menjadi hukum alam, bahwa setiap manusia yang hidup pasti ingin bahagia tanpa kekurangan apapun baik dari sisi materiil maupun non-materiil . Salah satu kunci utama untuk meraih kebahagiaan hidup adalah dengan rajin melakukan ML alias Making Life alias membuat kehidupan atau lebih lazim disebut bekerja.

Di kota besar seperti Jakarta, setiap pagi Kita menyaksikan jutaan manusia (termasuk penulis) keluar dari rumah-rumah untuk melakukan ML ini. Berbagai macam posisi pun dilakoni demi untuk ML ini, mulai dari Supir angkutan, penyapu jalanan sampai para direktur-direktur perusahaan. Mereka mulai untuk ML ini sepagi mungkin dan baru akan klimaks alias kembali ke rumah selarut mungkin.

Motivasi setiap insan pun berbeda-beda ketika melakukan ML ini, ada yang bermimpi menjadi kaya-raya sehingga bisa membeli apapun yang dia inginkan atau adapula yang melakukan ML karena malu kepada mertua dan ada juga yang bermotivasi meraih mati syahid ketika ML ini…loh? Ya, jangan heran dengan ML seseorang bisa meraih mati syahid.

Dalam suatu kisah diceritakan ada seseorang yang berjalan melalui tempat Nabi Muhammad. Orang tersebut sedang bekerja dengan giat dan tangkas. Para sahabat kemudian bertanya “Wahai Rasulullah, andaikata bekerja semacam orang itu dapat digolongkan jihad fi sabilillah, maka alangkah baiknya.” Mendengar itu Nabi pun menjawab, “Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, itu adalah fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah lanjut usia, itu adalah fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, itu juga fi sabilillah.” (HR. Ath-Thabrani). Jika bekerja dengan giat atau ML dapat dikategorikan sebagai jihad fi sabilillah maka ketika si pelaku ini menemui ajalnya dalam keadaan bekerja keras (ML) maka balasannya adalah mati syahid.

Kata kunci nya ada pada niat atau motivasi kita ketika bekerja atau ML ini. Ketika Kita bermotivasi ML untuk menghidupi anak-anak, orangtua atau bahkan diri Kita sendiri maka Kita telah dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang berjuang di jalan ALLAH

So, Kompasioners... sudah siapkah kalian untuk ber-ML (Making Life) pagi ini? Jangan lupa niat yang benar ya…

Happy Weekend….

Artikel ini bisa dilihat juga di :http://hiburan.kompasiana.com/2010/04/18/mati-ketika-ml-mati-syahid/


Dering Kematian itu…..


Waktu baru menunjukkan pukul 04.20 pagi ketika dering itu terdengar. “Kring….kring….kring..” bunyinya sayup-sayup makin keras dan akhirnya sampai di telingaku, sontak aku tersadar dari bunga tidur yang aku sendiri tak begitu ingat. Dengan kondisi “setengah nyawa” Aku berusaha bangkit dari peraduan dan meraih asal suara itu.

”Aaahh…bunyi dering itu…di pagi buta….berita apakah gerangan yang dibawa olehnya…” kata suara hatiku. Bergegas Aku menuju ruang tamu dimana bunyi dering itu berasal akan tetapi…

“oooggh..terlambat!” ternyata asisten rumah tanggaku sudah lebih tanggap meraih bunyi dering itu.

“Mas….ada yang mencari Pak Slamet..” Kata asistenku sambil menggenggam tempat dimana dering itu berasal..dengan penuh perasaaan was-was Aku meraih gagang telepon tersebut. Sayup terdengar suara Wanita dari dalam gagang telepon itu…

“Ini benar rumahnya Pak Slamet?”

“Ini dari siapa ya?” sahutku menjawab pertanyaan itu..walaupun Aku masih dalam mode “setengah nyawa” Aku tetap waspada dan memilih untuk mencari tahu terlebih dahulu siapa gerangan di ujung sana.

“Ini istrinya Om Zaim…mau memberi kabar duka…Om Anis meninggal dunia tadi malam jam 3 pagi…”

“Inna lillahi…” reflek Aku menjawab berita tersebut. “Ini bukan rumah Pak Slamet…tapi Saya adiknya…”

“Oh ya…tolong bantu kabari keluarga yang lain ya…berita duka ini..beliau akan dikuburkan hari ini ba’da Jum’at di Jakarta..” Wanita tersebut menyambung pembicaraan.

“Oh ya Insya Allah…” sahutku mantap

“Ya sudah…Assalamualaikum” terdengar bunyi telepon ditutup.

“Walaikum salam…” jawabku

“Sekali lagi, bunyi dering itu datang membawa kabar duka” pikirku dalam hati.

Ya, sudah menjadi pertanda umum di bagiku ketika ada bunyi dering telepon di pagi buta maka kemungkinan besar itu adalah berita duka baik dari kerabat dekat. Masih sangat jelas terekam dalam ingatanku beberapa tahun yang lalu ketika kedua orang tua masih ada, dering telepon seperti ini kerap terjadi dan 99% membawa kabar duka.

Oleh karena itu, Aku lebih suka menyebut bunyi dering telepon di pagi buta..adalah dering kematian…

* Untuk Om Anis selamat jalan… May ALLAH SWT give you the best place in “Jannah”

* Untuk keluarga yang ditinggalkan semoga diberi kesabaran dan ketabahan

Friday, January 1, 2010

The Power of Dream

“Gw ingin sekali melihat Indonesia no.1 lagi di SEA Games seperti waktu jaman SD dulu”

Itu adalah bunyi status facebook seorang teman beberapa waktu lalu. Spontan saya segera memberikan komen untuk status tersebut : “Waktu jaman loe SD, yang bermimpi seperti itu adalah bangsa Thailand dan sekarang mereka berhasil menjadi no.1, that’s call “The power of dream!””.

Mimpi, seperti kata Nidji dalam lagunya merupakan “kunci untuk menaklukkan dunia”. Berawal dari sebuah mimpi seorang Andrea Hirata yang dahulu hanyalah seorang anak dari Bangka Belitung sekarang menjadi seorang penulis terkenal. Berawal dari mimpi seorang Barrack Obama berhasil menjadi presiden berkulit hitam pertama di Negara adidaya USA. Selain mereka, masih banyak tokoh-tokoh besar di dunia yang memulainya dari bermimpi. Istilah kerennya untuk orang – orang seperti Andrea Hirata dan Barrack Obama adalah from Zero to Hero.

MIMPI ORANG TUA

Bagi penulis, contoh nyata dari kekuatan mimpi ini adalah almarhum kedua orang tua yang melahirkan saya. Betapa tidak, Almarhum Ayah saya hanyalah seorang lulusan SMA dari sebuah kampung bawang di Jawa Tengah sedangkan Ibu hanya mengenyam pendidikan dasar alias SD dari sebuah sekolah kecil di kota udang. Masih sangat jelas terekam di dalam pikiran saya kisah perjuangan Ayah yang “nekat” pindah ke Jakarta dengan modal sedikit uang hasil penjualan tempat tidur di kampung halaman. Walaupun hanya dengan modal matreriil yang mungkin hanya cukup untuk biaya transport ke Jakarta tetapi Ayah sama sekali tidak gentar menghadapi kerasnya hidup di Jakarta. Dengan modal mimpi besar untuk menjadi sukses dan menyekolahkan setinggi – tinginya semua anaknya Ayah bersama Ibu menerjang semua rintangan dan halangan. Oh ya, Saya lupa memberitahu bahwa ayah saya memiliki sebelas orang anak, - hehehe…banyak kan? -. Terus ? sukseskah ayah dan Ibu Saya? Jawabannya Ya! Sebelas anaknya berhasil lulus jadi Sarjana dari PTN terkemuka di Jakarta dan sampai saat ini asset – asset yang dimiliki oleh keduanya masih dapat dinikmati oleh anak cucunya.

Kisah serupa seperti diatas mungkin sudah sering anda dengar dari berbagai macam orang sukses di media massa, televisi atau bahkan langsung dari narasumbernya. Saya sendiri sudah banyak membaca dan mendengar “success story” orang-orang sukses dan dari sana saya merangkum kunci sukses mereka dalam 5B yaitu : Bermimpi yang Benar, Bangkit & Berdoa, Berusaha, Berdoa lagi dan Bersabar.

BERMIMPI YANG BENAR

Ya, bermimpi adalah proses awal dari tangga sukses seseorang. Tetapi yang terkadang dilupakan adalah bagaimana bermimpi yang benar. Maksud loe?? Ya, mimpi adalah proses yang seringkali di pengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar kita. Sebagai contoh, seorang anak yang terlahir dari keluarga miskin seringkali memiliki mimpi untuk menjadi orang kaya karena di picu oleh perlakuan semena – mena yang diterimanya dari orang lain. Mungkin dari situ anak miskin tersebut akan bermimpi untuk menjadi orang kaya agar kelak dia bisa melakukan tindakan semena – mena kepada orang lain.

Selain itu, proses memiliki mimpi juga terkadang dipengaruhi oleh jargon-jargon umum dalam masyarakat kita seperti : “Jadi Dokter aja…enak tinggal duduk pasien datang duit datang..” atau “Jangan jadi atlet, gak bisa untuk hidup”

Itulah yang saya maksud bermimpi yang benar, yaitu kita memiliki tujuan dan niat yang benar. Contoh : “Saya ingin jadi orang kaya, sehingga saya bisa membiayai orang tua saya naik haji…” atau “Saya ingin jadi atlet berprestasi, sehingga bisa terkenal dan mengharumkan nama bangsa”

Saya selalu percaya, apabila kita memasukkan input yang benar ke dalam otak kita maka output yang dihasilkan pun akan benar. Ya, dalam realita kehidupan terkadang kita juga menemukan orang yang bisa sukses walaupun di motivasi oleh sesuatu yang tidak benar, tetapi waktu akan menjawabnya bahwa orang-orang yang memiliki proses mimpi yang benar memiliki kesuksesan yang lebih kekal.

BANGKIT DAN BERDOA

Saya yakin tidak ada orang sukses yang hanya mengandalkan mimpi tanpa Bangkit dari tidur. Thailand dan Vietnam yang saat ini berhasil menjadi jawara di pentas olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara pasti sudah memiliki mimpi untuk menjadi juara beberapa tahun yang lalu. Mimpi mereka pastilah disertai oleh kebangkitan dan pengharapan.

Saya teringat suatu ayat dalam Al-Qur’an : “Wahai orang yang berselimut, bangkit dan berilah peringatan!” (QS Al Muzzamil : 1-2). Ayat ini diturunkan ketika Nabi Muhammad menggigil setelah menerima wahyu dari ALLAH dan kemudian memakai selimut. Jika saja Nabi Muhammad saat itu tidak bangkit maka tentu agama Islam tidaklah sebesar seperti saat ini.

Kenapa saya tuliskan “Bangkit dan Berdoa” karena saya percaya ketika kita bangkit dan akan memulai suatu usaha maka kita memerlukan suatu support “spiritual” dari yang Maha Kuasa untuk dapat bekerja keras dan bekerja cerdas.

BERUSAHA

Semua orang pasti sepakat bahwa untuk sukses seorang harus melalukan “action” dan tidak bisa hanya berdiam diri. Tetapi yang sering terlupakan adalah bagaimana kita berusaha. Saya banyak bertemu orang yang mengeluh “Saya sudah kerja dua puluh tahun, tetapi rumah masih kontrak, mobil tidak punya”. Saat ini, ketika kompetisi sudah semakin menggila maka kerja keras sudah tidak cukup lagi sekarang waktunya berpikir bagaimana kita bisa “bekerja lebih cerdas”.

Ketika saya SMA dahulu, ada seorang teman yang jika disekolah terlihat tidak serius dalam belajar dan senang sekali bercanda didalam kelas tetapi yang mengejutkan nilai-nilai dia selalu perfect dan mengalahkan teman-teman yang belajar dan serius, how come??. Ya, selidik punya selidik ternyata teman saya ini adalah seorang yang memakai strategi belajar keras di rumah tetapi belajar fun di sekolah. Pernah suatu ketika saya mengunjungi rumahnya dan masuk ke dalam kamarnya, terlihat dengan jelas di dinding kamarnya suatu tempelan besar dengan tulisan “SAYA HARUS 3 BESAR!”. Menurut saya ini adalah smart strategy dimana dia belajar dengan keras disaat teman-temannya tidak belajar. WOW!

BERDOA LAGI

Mungkin anda akan bertanya lagi, koq “berdoa lagi?”. Saya teringat kata seorang dosen saya ketika kuliah “kesuksesan itu 51% doa dan 49% usaha”. Ungkapan ini bukan untuk mengajarkan kita bermalas-malasan dan hanya sibuk berdoa saja tetapi kita juga harus ingat bahwa ada factor “x” yang mempengaruhi kesuksesan kita.

Beberapa tahun yang lalu, masyarakat masih mendewakan yang namanya “IQ” sebagai kunci kesuksesan seseorang. Tetapi saat ini masyarakat sudah mulai menyadari bahwa kecerdasan otak atau IQ saja tidak cukup untuk membawa seseorang menjadi sukses. Mulailah orang melirik kecerdasan emosi atau bahasa kerennya EQ dan bahkan sekarang sudah berpindah kepada kecerdasan spiritual (SQ). Coba saja perhatikan bagaimana training – training SQ sangat laris diikuti oleh perusahaan – perusahaan besar karena mereka menyakini bahwa karyawan yang memiliki EQ dan SQ tinggi akan lebih produktif dan dapat bekerja lebih cerdas.

Oleh sebab itu, setelah kita “berusaha cerdas dan keras” saatnya kita berdoa sekali lagi kepada yang maha kuasa meminta “spiritual support” Nya.

BERSABAR

Selain kesuksesan, orang – orang sukses identik dengan kegagalan demi kegagalan sebelum mereka akhirnya berhasil mencapai puncak tangga kesuksesan. Di balik manisnya sukses yang telah direguk mereka sebelumnya telah melalui proses panjang yang bernama kegagalan. Salah satu yang membuat mereka berhasil adalah kesabaran, orang – orang sukses selalu bersabar menghadapi hasil yang tidak sesuai dengan ekspektasi mereka dan bangkit mencoba lagi lagi dan lagi.

Beberapa waktu lalu, pada acara “Kick Andy” di tampilkan beberapa orang hebat Indonesia yang tinggal di luar negeri dan secara keilmuan dan keahlian mereka mendapatkan pengakuan dunia internasional. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah Negara besar yang memiliki banyak sumber daya manusia bermutu dan pastilah mereka yang berhasil itu adalah orang – orang yang tidak takut untuk bermimpi dan berusaha dengan cerdas (dan keras tentunya).

Jadi, jangan takut untuk memiliki mimpi yang besar, mimpi yang benar tetapi jangan lupa untuk bangkit & berdoa, berusaha, berdoa lagi dan bersabar!

Semoga bermanfaat.

Salam